Tulang Ikan dalam Bioplastik Berkelanjutan

0
177
White plastic bag isolated on white with clipping path

Kantong plastik menjadi kekhawatiran yang telah mendominasi kehidupan modern kita,  yang berdampak sangat fatal bagi lingkungan serta ekosistem yang ada sampai  menyelinap ke wilayah yang lebih dalam dari apa yang kita sadari sampai saat ini. Setiap  tahunnya, sekitar 182,7 miliar kantong plastik digunakan di Indonesia, dengan total berat  sampah kantong plastik mencapai 1.278.900 ton dan merupakan penyumbang kantong  plastik sekitar 40% dari total limbah yang di Indonesia, sekiranya mencapai 511.560 ton  kantong plastik yang lautan setiap tahunnya. Salah satu dari alternatif yang menjanjikan  untuk mengurangi plastik konvensial adalah bioplastik yang terbuat dari bahan-bahan  alami dan terbarukan.

Artikel ini akan membahas penggunaan tulang ikan dalam pembuatan bioplastik sebagai  alternatif ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif plastik konvensional  terhadap lingkungan serta mengetahui kandungan nutrisi yang dapat diubah menjadi  biopolimer biodegradable, yang mampu membantu mengurangi limbah organik dan  membuka peluang ekonomi baru bagi industri perikanan. Serta kegunaannya dalam  kehidupan sehari-hari, dengan bahasa yang ilmiah dan mudah untuk dipahami. Artikel  ini menunjukan untuk memberikan terobosan baru dalam inovasi alternatif yang  berkelanjutan.

Sumber daya yang sering kali kita abaikan ini memiliki manfaat yang sangat besar,  terutama ketika kita melihat dari sudut inovasi yang berkelanjutan dalam menggunakan  plastik ramah lingkungan yaitu, tulang ikan dalam bahan baku bioplastik atau  biodegradabel. Bioplastik atau biodegradabel adalah jenis plastik yang diproduksi dari  bahan-bahan alami atau bahan-bahan organik yang bisa terurai dengan alami oleh  mikroorganisme.

Bioplastik atau biodegradabel memiliki sifat fleksibel, dapat dicetak, tidak berbau,  mampu menghambat keluar masuknya gas dan uap air, transparan dan tidak  mengandung racun ketika dibakar maupun tidak menjadi sampah karena bersifat ramah  lingkungan, serta bahan dasar yang sangat melimpah di alam. Bioplastik telah  berkembang lebih jauh dari 10 tahun lalu namun, perkembangannya sangat lambat,  sehingga persaingan menjadi lemah.

Proses pembuatan bioplastik tulang ikan bisa dimulai dengan mengumpulkan tulang  ikan bekas. Setelah dicuci menggunakan air bersih dan sabun dari sisa daging dan  kotoran, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah kering, tulang ikan  kering digiling menjadi bubuk halus untuk mempermudah proses selanjutnya.

Tulang ikan yang berubah menjadi bubuk halus ini diekstraksi menggunakan pelarut  asam atau enzim. Pelarut yang biasanya dipakai seperti asam asetat atau asam sitrat  yang digunakan untuk melarutkan protein dan lemak, sedangkan enzim yang digunakan  seperti pepsin atau papain untuk memecah protein menjadi rantai yang lebih kecil yaitu  kolagen.

Kolagen yang diekstrak diproses menjadi biopolimer dengan membentuknya menjadi  film, cetakan, atau serat dengan air dan plasticizer, lalu memanaskannya dan  membentuknya menjadi lapisan tipis. Serat dibuat dengan cara mengekstrusi campuran  kolagen dan bahan tambahan melalui lubang kecil.

Biopolimer kolagen dicampur dengan bahan tambahan lain seperti plasticizer dan  pengisi untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan bioplastik. Plasticizer seperti  gliserol dan sorbitol yang digunakan untuk bioplastik lebih lentur, dan bahan pengisi  seperti tepung jagung dan tepung singkong digunakan untuk memperkuat bioplastik.  Campuran tersebut kemudian dibentuk menjadi produk bioplastik yang diinginkan.

Keunggulan bioplastik dari tulang ikan tidak hanya terletak pada aspek  keberlanjutannnya, tetapi juga pada aplikasi yang beragam. Salah satunya dalam  pembuatan kemasan makanan dan minuman yang mudah terurai sehingga dapat  menjaga kesegaran produk lebih lama dan mengurangi limbah plastik . Bioplastik ini juga  digunakan dalam pembuatan produk tekstil dalam pakaian, sepatu dan aksesoris  dengan tekstur yang unik serta nyaman dipakai.

Bahan bangunan dapat digunakan sebagai pemanfaatan bioplastik dalam membuat  papan, panel, dan perekat. Sifat bioplastik yang kuat dan tahan lama menjadikan bahan  yang ideal dan alternatif untuk bangunan konvensial seperti kayu dan plastik serta  mengurangi emisi karbon dalam keberlanjutan lingkungan.

Bioplastik juga bisa membuat alat kesehatan seperti implan dan perban yang tidak akan  menimbulkan reaksi alergi terhadap tubuh manusia. Alat kesehatan yang terbuat dari  bioplastik ini juga dapat terurai secara alami setelah digunakan sehingga tidak  menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Selain menjadi bahan baku bioplastik, tulang ikan memiliki manfaat lainnya untuk  kesehatan dengan kaya sumber kalsium dan fosfor yang penting untuk memelihara  kepadatan tulang dan gigi serta mencegah osteoporosis yang mudah rapuh dan patah  terutama pada orang tua, rakitis disebabkan kekurangan vitamin D terutama pada anak anak, dan gigi berlubang menjadi teratasi dengan baik.

Meskipun memiliki potensi besar dalam pengembangan bioplastik dari tulang ikan  masih menghadapi beberapa tantangan seperti produksi dalam skala kecil dan perlu  ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar. Hal ini memerlukan investasi yang  signifikan dalam infrastruktur dan teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Biaya produksi juga masih relatif tinggi dibandingkan dengan plastik konvensial yang  disebabkan seperti biaya ekstraksi kolagen, biaya pengolahan biopolimmer dan biaya  pencetakan. Dan pengembangan teknologi masih diperlukan penelitian lebih lanjut  untuk meningkatkan kualitas yang lebih efesien dan teknologi pencetakan yang lebih  presisi.

Bioplastik tulang ikan menawarkan solusi yang menarik dalam upaya mengurangi  dampak negatif penggunaan plastik konvensial terhadap lingkungan. Dengan  memanfaatkan limbah dari indrustri perikanan, bioplastik ini dapat membantu  mengurangi pencemaran lingkungan dan menciptakan produk ramah lingkungan yang  berkelanjutan.

Meskipun masih dalam tahap pengembangan, potensi yang dimiliki tulang ikan untuk  menjadi alternatif yang viable bagi plastik konvensial sangatlah besar. Dengan terus  melakukan penelitian dan inovasi, kita dapat menuju masa depan di mana penggunaan  plastik konvensial dapat diminimalisir, dan beralih ke produk yang lebih ramah  lingkungan seperti bioplastik tulang ikan.

Peningkatan investasi dalam pendidikan dan pelatihan profesional di bidang bioplastik  dan teknologi pengolahan akan membantu menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan  terdidik dalam memenuhi tuntutan industri yang berkembang pesat. Program-program  pendidikan yang fokus pada teknik-teknik baru dalam ekstraksi bahan baku dari tulang  ikan, pengembangan formulasi bioplastik yang lebih tahan lama, dan peningkatan  kualitas produk akan memberikan pondasi yang kokoh bagi inovasi masa depan. Dengan  memprioritaskan pendidikan yang terkait dengan keberlanjutan dan teknologi hijau, kita  dapat memastikan bahwa generasi mendatang memiliki keterampilan yang diperlukan  untuk menjawab tantangan global dalam mengurangi jejak karbon dan mempromosikan  penggunaan bahan baku yang dapat diperbarui dalam industri manufaktur.

Penulis:
Nama : Naufal Faiz Ramadhan
Prodi : Agribisnis/2C
Email : naufalfaiz6720@gmail.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here