Kantong plastik menjadi kekhawatiran yang telah mendominasi kehidupan modern kita, yang berdampak sangat fatal bagi lingkungan serta ekosistem yang ada sampai menyelinap ke wilayah yang lebih dalam dari apa yang kita sadari sampai saat ini. Setiap tahunnya, sekitar 182,7 miliar kantong plastik digunakan di Indonesia, dengan total berat sampah kantong plastik mencapai 1.278.900 ton dan merupakan penyumbang kantong plastik sekitar 40% dari total limbah yang di Indonesia, sekiranya mencapai 511.560 ton kantong plastik yang lautan setiap tahunnya. Salah satu dari alternatif yang menjanjikan untuk mengurangi plastik konvensial adalah bioplastik yang terbuat dari bahan-bahan alami dan terbarukan.
Artikel ini akan membahas penggunaan tulang ikan dalam pembuatan bioplastik sebagai alternatif ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif plastik konvensional terhadap lingkungan serta mengetahui kandungan nutrisi yang dapat diubah menjadi biopolimer biodegradable, yang mampu membantu mengurangi limbah organik dan membuka peluang ekonomi baru bagi industri perikanan. Serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan bahasa yang ilmiah dan mudah untuk dipahami. Artikel ini menunjukan untuk memberikan terobosan baru dalam inovasi alternatif yang berkelanjutan.
Sumber daya yang sering kali kita abaikan ini memiliki manfaat yang sangat besar, terutama ketika kita melihat dari sudut inovasi yang berkelanjutan dalam menggunakan plastik ramah lingkungan yaitu, tulang ikan dalam bahan baku bioplastik atau biodegradabel. Bioplastik atau biodegradabel adalah jenis plastik yang diproduksi dari bahan-bahan alami atau bahan-bahan organik yang bisa terurai dengan alami oleh mikroorganisme.
Bioplastik atau biodegradabel memiliki sifat fleksibel, dapat dicetak, tidak berbau, mampu menghambat keluar masuknya gas dan uap air, transparan dan tidak mengandung racun ketika dibakar maupun tidak menjadi sampah karena bersifat ramah lingkungan, serta bahan dasar yang sangat melimpah di alam. Bioplastik telah berkembang lebih jauh dari 10 tahun lalu namun, perkembangannya sangat lambat, sehingga persaingan menjadi lemah.
Proses pembuatan bioplastik tulang ikan bisa dimulai dengan mengumpulkan tulang ikan bekas. Setelah dicuci menggunakan air bersih dan sabun dari sisa daging dan kotoran, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah kering, tulang ikan kering digiling menjadi bubuk halus untuk mempermudah proses selanjutnya.
Tulang ikan yang berubah menjadi bubuk halus ini diekstraksi menggunakan pelarut asam atau enzim. Pelarut yang biasanya dipakai seperti asam asetat atau asam sitrat yang digunakan untuk melarutkan protein dan lemak, sedangkan enzim yang digunakan seperti pepsin atau papain untuk memecah protein menjadi rantai yang lebih kecil yaitu kolagen.
Kolagen yang diekstrak diproses menjadi biopolimer dengan membentuknya menjadi film, cetakan, atau serat dengan air dan plasticizer, lalu memanaskannya dan membentuknya menjadi lapisan tipis. Serat dibuat dengan cara mengekstrusi campuran kolagen dan bahan tambahan melalui lubang kecil.
Biopolimer kolagen dicampur dengan bahan tambahan lain seperti plasticizer dan pengisi untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan bioplastik. Plasticizer seperti gliserol dan sorbitol yang digunakan untuk bioplastik lebih lentur, dan bahan pengisi seperti tepung jagung dan tepung singkong digunakan untuk memperkuat bioplastik. Campuran tersebut kemudian dibentuk menjadi produk bioplastik yang diinginkan.
Keunggulan bioplastik dari tulang ikan tidak hanya terletak pada aspek keberlanjutannnya, tetapi juga pada aplikasi yang beragam. Salah satunya dalam pembuatan kemasan makanan dan minuman yang mudah terurai sehingga dapat menjaga kesegaran produk lebih lama dan mengurangi limbah plastik . Bioplastik ini juga digunakan dalam pembuatan produk tekstil dalam pakaian, sepatu dan aksesoris dengan tekstur yang unik serta nyaman dipakai.
Bahan bangunan dapat digunakan sebagai pemanfaatan bioplastik dalam membuat papan, panel, dan perekat. Sifat bioplastik yang kuat dan tahan lama menjadikan bahan yang ideal dan alternatif untuk bangunan konvensial seperti kayu dan plastik serta mengurangi emisi karbon dalam keberlanjutan lingkungan.
Bioplastik juga bisa membuat alat kesehatan seperti implan dan perban yang tidak akan menimbulkan reaksi alergi terhadap tubuh manusia. Alat kesehatan yang terbuat dari bioplastik ini juga dapat terurai secara alami setelah digunakan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Selain menjadi bahan baku bioplastik, tulang ikan memiliki manfaat lainnya untuk kesehatan dengan kaya sumber kalsium dan fosfor yang penting untuk memelihara kepadatan tulang dan gigi serta mencegah osteoporosis yang mudah rapuh dan patah terutama pada orang tua, rakitis disebabkan kekurangan vitamin D terutama pada anak anak, dan gigi berlubang menjadi teratasi dengan baik.
Meskipun memiliki potensi besar dalam pengembangan bioplastik dari tulang ikan masih menghadapi beberapa tantangan seperti produksi dalam skala kecil dan perlu ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar. Hal ini memerlukan investasi yang signifikan dalam infrastruktur dan teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Biaya produksi juga masih relatif tinggi dibandingkan dengan plastik konvensial yang disebabkan seperti biaya ekstraksi kolagen, biaya pengolahan biopolimmer dan biaya pencetakan. Dan pengembangan teknologi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas yang lebih efesien dan teknologi pencetakan yang lebih presisi.
Bioplastik tulang ikan menawarkan solusi yang menarik dalam upaya mengurangi dampak negatif penggunaan plastik konvensial terhadap lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah dari indrustri perikanan, bioplastik ini dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan dan menciptakan produk ramah lingkungan yang berkelanjutan.
Meskipun masih dalam tahap pengembangan, potensi yang dimiliki tulang ikan untuk menjadi alternatif yang viable bagi plastik konvensial sangatlah besar. Dengan terus melakukan penelitian dan inovasi, kita dapat menuju masa depan di mana penggunaan plastik konvensial dapat diminimalisir, dan beralih ke produk yang lebih ramah lingkungan seperti bioplastik tulang ikan.
Peningkatan investasi dalam pendidikan dan pelatihan profesional di bidang bioplastik dan teknologi pengolahan akan membantu menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik dalam memenuhi tuntutan industri yang berkembang pesat. Program-program pendidikan yang fokus pada teknik-teknik baru dalam ekstraksi bahan baku dari tulang ikan, pengembangan formulasi bioplastik yang lebih tahan lama, dan peningkatan kualitas produk akan memberikan pondasi yang kokoh bagi inovasi masa depan. Dengan memprioritaskan pendidikan yang terkait dengan keberlanjutan dan teknologi hijau, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menjawab tantangan global dalam mengurangi jejak karbon dan mempromosikan penggunaan bahan baku yang dapat diperbarui dalam industri manufaktur.
Penulis:
Nama : Naufal Faiz Ramadhan
Prodi : Agribisnis/2C
Email : naufalfaiz6720@gmail.com