Tinjau Posko Tanggap Darurat Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Ngiliran, Gubernur Beri Perhatian Khusus
Kemarau kering membawa bencana di lereng gunung Lawu, cuaca panas dan angin kencang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan. Penanganan pun telah dilakukan oleh beberapa pihak, seperti yang telah dilakukan di Posko Tanggap Darurat Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan, di Desa Ngiliran Kecamatan Panekan, dimana seluruh elemen masyarakat serta relawan , bersinergi menanggulangi bencana ini.
Perhatian khusus pun diberikan oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa , kunjungi selain memantau perkembangan penanganan kebakaran Hutan di lereng Lawu, Gubernur juga berterimakasih dan memberi suntikan semangat kepada relawan.
ketika memberi keterangan kepada awak media Gubernur menyatakan ” seluruh elemen masyarakat dan institusi melakukan penanganan bencana alam ketika ada kejadian bencana, terkait karhutla karena elnino kali ini kemarau kering, kewaspadaan dan mitigasi komprehensif menjadi krusial, pemadaman kebakaran dilakukan dengan mendeteksi ketitik api, keterjalan area, yang dapat dijangkau secara manual, bagaimana, dimana dan seberapa luasannya” ungkap Gubernur. “Maupun support melalui udara melalui water bombing, tim dari BNPB tgl 2 menentukan titik koordinat, tgl 3 sudah dimulai waterbombing, perhari 12 sampai 15 kali, untuk titik air dari Telaga Sarangan”, jelasnya.
“ketika ini yang harus dilakukan restriksi, batas bakar krusial agar api tidak melewati , tetapi ada pula batas bakar yang terkena angin yang membikin api melampauinya , untuk itu proses monitoring lanjut dilakukan” tambahnya
Sedang untuk memulihkan kembali hutan yang terbakar, Gubernur menyatakan ” Untuk lawu ada titik tertentu untuk dilakukan penanaman kembali, pemprov sudah dua kali aeroseeding ( penanaman benih melalui udara ) dengan titik tertentu untuk bibit/biji tertentu, hutan-hutan yang pernah ada diassesmen untuk ditentukan titik mana membutuhkan biji apa supaya sesuai dengan topografi tanah, daerah, dan daerah tersebut, bibit ditabur dari udara karena keterjalan, maka perlu tehnik tertentu untuk kembali menumbuhkan habitat yang ada di daerah pengunungan” pungkas Khofifah. (Diskominfo / pb.fa2 / dok.edh / fa2 / IKP1)