Awalnya hanya di pasarkan di pasar mangge yg lebih di kenal pasar barat dgn kemasan ala kadarnya dan masih tinggal di kontrakan, Alhamdulillah dari hasil jualan keripik tempe sekarang sudah bisa bangun rumah. Sudah berproduksi sejak 23 September 2002, kini keripik tempe produksi UMKM asal Desa Tebon, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan berhasil masuk ke toko-toko modern dan sejumlah rest area tol Surabaya-Semarang.
Bermodal uang hasil jual cincin nikah, Ita Listiana (43th) biasa di panggil Bu HG pemilik usaha Keripik Tempe H&G mengawali usahanya dengan membeli kompor, wajan, dan bahan baku pembuatan keripik tempe. “Dulu, saya dan suami habis nikah, jual cincin. Uangnya dibelikan kompor, wajan, kedelai, terus merambah sampai sekarang,” terang Ita, Untuk menjaga kualitas produknya, dari dulu hingga saat ini Ita tak menggunakan tempe-tempe yang ada di pasaran. Ia lebih memilih memproduksi tempe mulai dari nol (kedelai) sampai dengan jadi keripik dan dikemas dalam kemasan. “Kami beli kedelai mentah, dibikin sendiri, dibuntel daun, bukan diiris, dicetak di kertas nasi baru kemudian digoreng,” ujar Ita melanjutkan ceritanya.
Dari yang awalnya beli bahan eceran di pasar, sekarang distributor bahan pokok pembuatan keripik tempe milik Ita sudah datang ke rumah untuk mengirim stok. Tak hanya itu, keripik tempe yang dulunya hanya dikemas menggunakan plastik dan berlabel fotokopi, sekarang sudah dikemas menggunakan standing pouch bewarna-warni layaknya produk hasil pabrikan. Peningkatan kualitas produk tersebut disambut baik oleh salah satu toko ritel kenamaan di Indonesia dan kini dapat bersanding dengan produk pabrikan lain di dalam toko tersebut.
Selain dijajakkan di toko ritel, keripik tempe asal Desa tebon ini juga dijual di rest area Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, Batang, dan Boyolali. Ke depannya produk ini juga rencana akan dijual di rest area tol Semarang-Jakarta. Banyak pelanggannya yang berasal dari luar kota. Bahkan keripik tempe hasil olahannya juga sudah sampai ke negara tetangga yakni Malaysia dan Jepang. “Ada yang bawa ke sana mbak. Jadi mereka datang ke tempat kami untuk beli keripik tempe. Tapi kami belum bisa masuk toko ritel yang ada di luar Magetan. Jadi selama ini pembeli yang datang ke temoat kami,” pungkasnya.
Berkat usaha keripik tempe yang ditekuninya sejak 20 tahun lalu, kini Ita sudah bisa membeli rumah. “Dulu ngontrak-ngontrak bener, 10 tahun ngontrak. Sekarang sudah bisa beli rumah sendiri dari keripik,” ungkapnya. Di akhir sesi wawancara, Ita juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Pemkab Magetan atas binaan dan support yang selama ini diberikan untuk kemajuan usahanya. Ita merasa tanpa adanya dukungan dari Pemkab Magetan, usahanya tak akan berkembang seperti saat ini.
Tak hanya dibina oleh Pemerintah Kabupaten Magetan melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, produk Ita juga selalu dipromosikan dan dibawa kemana-mana. Setiap ada even Ita juga diminta untuk ikut. “Kemarin di JCC Jakarta juga, selalu dibawa kripik saya itu ke mana-mana. Saya merasa beruntung banget dengan adanya kebijakan Bupati,” tuturnya. Lebih lanjut ita mengatakan sangat bersyukur atas kemudahan yang diberikan oleh Pemkab Magetan. “Apalagi sekarang, kalau mau launching toko baru (Ritel) di Magetan tidak bisa berdiri sendiri. Mereka harus ngajak UMKM, jadi biar ada kolaborasi. Kalau kata Pak Bupati, biar rakyat saya juga merasakan, yang punya toko itu juga rakyat saya. Saya benar-benar bersyukur dengan support Pak Bupati,” tutupnya.
Alhamdulillah hari ini produk saya H&G keripik tempe (cemilan) mewakili Kab Magetan sebagai produk unggulan masuk pasar global melalui marketplace B2B indonesia, Asean On Line Sale Day, misi dagang ke Kanada, business mathcing dgn bayer dari cairo meser dan dubay. Terimakasih Dinas koperasi dan ukm kab magetan dan export center surabaya yang telah memfasilitasi kami.